“Ma, tadi di kelas, Bu Siska bilang kalau Lita tidak bisa sekolah lagi,” kata Ecil kepada mamanya. “Mama tahu tidak kenapa? Padahal Lita itu teman bermain Ecil.”
Di kelas online, Bu Siska memberitahukan bahwa Lita tidak akan bersekolah untuk beberapa saat. Anak-anak tidak mengerti alasannya kenapa, tetapi mama Ecil tahu.
“Orang tua Lita sedang susah mencari uang, Ecil. Mereka harus bekerja lebih untuk bisa makan sehari-hari. Jadi papanya memutuskan agar Lita berhenti sekolah dulu untuk sementara.”
“Aduh, kasihan sekali Lita. Ecil jadi sedih mendengarnya.” Mata Ecil terlihat berkaca-kaca. “Padahal Ecil ingat sekali kalau Lita sangat senang membaca cerita dari buku pelajaran di kelas.”
Melihat semangat Ecil, mama pun bertanya, “Ecil, apakah kamu mau membantu Lita?”

Seketika itu juga Ecil berkata dengan suara nyaring, “Mau dong ma.” Namun Ecil kembali menundukkan kepalanya. “Tapi apa yang bisa Ecil lakukan ya ma? Ecil kan juga masih kecil. Apa yang bisa Ecil lakukan untuk membantu Lita?”
Mama tersenyum melihat kasih Ecil kepada temannya. Dengan lembut mama berkata, “Coba ingat, apa yang kedua tangan dan mulut Ecil bisa lakukan ya untuk membantu Lita?” Dahi Ecil terlihat berkerut karena berpikir keras. Lalu Ecil menjawab mama, “Dengan doa kah ma?” “Betul Ecil. Kita bisa berdoa kepada Tuhan, agar membantu orang tua Lita.” “Iya ma. Mulai malam ini, Ecil akan berdoa bagi keluarga Lita.”

“Selain itu, kita juga bisa berbagi dengan apa yang kita punya. Mama mau masak untuk makan sore nih. Kita buatkan juga untuk keluarga Lita juga ya. Ecil mau ikut bantu?” “Iya ma, Ecil mau ikut untuk bikin perkedel kesukaan Lita ya.”
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7)



