drap..drap…drap…
Terdengar suara langkah anak kecil berlari dengan semangat dari depan pintu kelas sekolah Sabat. Suara kaki siapakah itu?
Ternyata itu suara Michael! Di Sabtu pagi yang cerah ini, Michael datang ke gereja dengan senyum lebar di wajahnya dan masuk ke kelas dengan sangat bersemangat.
“Selamat pagi Kak Lia!“, sapa Michael.
“Selamat pagi juga Michael. Wah! Hari ini Michael nampak ceria dan bersemangat sekali. Puji Tuhan! Ada hal baik apa nih yang membuat kamu sangat bahagia hari ini?“, balas Kak Lia.
Michael pun dengan semangat menceritakan bahwa setelah kebaktian Sabat sore hari ini, Ia dan ayah akan menjemput ibu serta adik bayinya yang baru lahir di rumah sakit.

Mendengar kabar baik ini, Kak Lia juga ikut merasa senang dan memberikan selamat kepada Michael karena sudah menjadi seorang kakak. Lalu Michael kembali bercerita betapa dirinya sangat takjub ketika mengetahui ibunya hamil.

“Ajaib sekali deh Kak. Suatu hari, aku sadar kalau perut ibuku mulai membesar. Setiap hari semakin besar ukurannya, seperti balon. Ternyata di dalam perut ibuku ada adik bayi! Kok bisa ya kak ada adik bayi di dalam perut? Apakah makan nasi dan sayur bisa menciptakan adik bayi di dalam perut kita?” ujar Michael.
Kak Lia-pun tersenyum dan menjelaskan kepada Michael bahwa bukan nasi dan sayuran yang bisa menciptakan adik bayi. Tapi Tuhan Yesus-lah yang menciptakan adik bayi tersebut.
“Tuhan Yesus itu sangat berkuasa. Ia bisa menciptakan apapun, termasuk manusia. Tahukah kamu bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah dari debu dan tanah? Setelah itu, Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya dan jadilah manusia pertama di bumi itu, dia bernama Adam.” , jawab Kak Lia
Mendengar jawaban Kak Lia, Michael merasa sangat takjub dengan kuasa Tuhan. Kak Lia kemudian mengingatkan, “Oleh karena itu, Michael harus mengasihi semua ciptaan Tuhan. Dan nanti ketika bertemu dengan adik bayi, Michael harus menjaga dan membantu Ayah dan Ibu merawat adik bayi ya.”
“Siap Kak Lia! Aku akan menjaga adik bayi dengan baik“, sahut Michael.
“Bagus! Itu baru anak Tuhan yang baik. Yuk, kita bergabung dengan teman-teman yang lain dan mulai kebaktian Sabat kita hari ini.”, jawab Kak Lia.